Buka Bersama di rumah Singgah Dian Mitra

Assalamu'alaykum wr wb sahabat..

Masih ingat kegiatan kami yang Sale Bulan Ramadhan kan? Masih ingat kan ya, kan baru beberapa hari lalu kami launching kegiatannya..Sebelumnya kami ucapkan terima kasih atas partisipasi sahabat sekalian dalam acara ini. Alhamdulillah kegiatan buka bersama dan pembagian sembako dapat berjalan dengan lancar pada Senin, 13 Agustus 2012 di Rumah Singgah Dian Mitra, gang tongkang, Senen, Jakarta Pusat. Karena waktu yang singkat, kami ucapkan pula permohonan maaf yang sebesar-besarnya untuk sahabat yang belum sempat berpartisipasi dalam kegiatan kali ini. Insya Alloh sahabat masih dapat berpartisipasi untuk kegiatan kami selanjutnya.

Sahabat...Sebelumnya ijinkan kami untuk menyampaikan sedikit curhat kami. Jadi, sebelum acara ini fix akan dilaksanakan, kami sempat ragu. Mengingat persiapannya yang sekitar sepekan, kami agak khawatir terkait donasi untuk kegiatan tersebut. Setelah koordinasi dengan mb Veny (beliau ini adalah salah satu pembina Rumah Singgah Dian Mitra), anak asuh yang akan hadir pada kegiatan kami adalah sekitar 70 orang ditambah 15 orang dari panti asuhan di Tangerang  yang berada di bawah yayasan yang sama. Itu artinya kami harus mempersiapkan 85 paket makan dan sembako. Ketika membicarakan anggaran itu, sempet was2 dananya bakal cukup atau ga. Tapi kami putuskan untuk tetap dilaksanakan  Urusan donasi yang terkumpul, sambil jalan saja, semoga cukup aja pas hari H. 

Kamis 9 Agustus 2012,  kegiatan buka bersama ini baru dipublish via blog ini. Waktu yang tersisa tinggal 4 hari sebelum hari H. Tapi seluruh pengeluaran untuk kegiatan tersebut sudah harus diselesaikan sebelum hari H. Pengeluaran ini utamanya adalah untuk pembelian sembako dan pemesananan paket makan untuk buka.

Sabtu, 11 Agustus 2012, kami melaksanakan briefing yang  rencana dilanjutkan belanja sembako. Lagi-lagi ketika sampai pada anggaran, per tanggal tersebut, uang yang ada untuk pembelian sembako masih cukup. tapi uang untuk paket buka belum nutup masih kurang sekitar Rp1.000.000,00. Kalo kurangnya segitu masih sangat optimis bisa nutup. Ketika masih briefing itulah salah seorang personil Zhafira yang kebetulan tidak dapat hadir pada briefing tersebut, mengabarkan bahwa donasi yang terkumpul di dia ada Rp1.000.000,00 1n, fyuuh..Alhamdulillah kami semua bernapas lega. Paling tidak uang yang terkumpul sudah menutupi anggaran yang direncanakan. Jadilah siang itu kami berbelanja sembako. 

Sebelum belanja, kami sudah searching harga di web, jadi sudah membuat list barang yang akan dibelanjakan dengan anggaran yang dibuat sangat mepet. Tapi kenyataan di lapangan kadang tidak sesuai  dengan rencana. Di lapangan, ternyata ada beberapa item barang yang harga promonya tidak bisa diambil semua, stoknya habis, atau bahkan sudah tidak tersedia harga promo, tapi ada juga sih harga barang yang  ternyata dibawah yang dianggarkan. Jadi masih bisa lah subsidi silang antar barang. Hari itu kami berbelanja dengan sukses. Tercatat banyak belanjaan kami mencapai 8 trolley. Berhubung sebelumnya tidak terbayang jika belanjaan kami akan sebanyak itu, jadi belum mempersiapkan transportasi untuk mengangkut semuanya. Habisnya kami pikir pakai beberap taxi aja cukup, tapi liat barangnya udah dalam box-box agak besar gitu, emang butuh berapa taxi coba. Akhirnya diputuskan untuk menyewa pick up saja. Telp lah ke pemilik pick up untuk menjemput kami. Alhamdulillah ada tukang angkutnya sekalian, jadi kami ga perlu repot angkat-angkat barang. Tapi untuk sewa pick up ini, kami ga bisa menawar dengan harga murah T_T

Ahad, 12 Agustus 2012..Agenda kami adalah packing sembako. Oh ya hari sebelumnya sudah mulai dicicil sih. Tapi belum selesai semua. Jadi, Ahad ini kami menyelesaikan packing 85 paket sembako. Alhamdulillah diijinkan untuk memakai lantai bawah pemilik kos. Jadi dapat tempat agak lega. Pun setelahnya dapat tempat pula untuk menginapkan paket sembako semalam lagi di rumah pemilik kos. Jadinya kami kan ga perlu angkat naik turun 85 paket sembako itu. Alhamdulillah, masih dimudahkan Alloh..:)

Kemudahan lain datang ketika untuk transportasi dari basecamp ke rumah singgah akan dibantu oleh seorang bapak baik hati yang bersedia mengantar. Semoga Alloh mencurahkan rahmatNya untuk beliau. Untuk ta'jil dan makan besar juga sudah selesai dipesan, dan dianatar Senin sore. oke, jadi Ahad itu sudah fix semua, tinggal eksekusi di hari Senin. 

Senin, 13 Agustus 2012.. Hingga hari H, masih ada donasi yang masuk. Itu artinya justru surplus. Rencananya seluruh surplus tersebut akan disampaikan ke rumah singgah tersebut dalam bentuk tunai (untuk laporan pertanggungajwaban donasinya akan diposting setelah posting ini). 

Menurut rundown, acara akan dimulai pukul 17.00. Mulai pukul 15.45 personil Zhafira sudah mulai bergerak. sebagian mengambil sembako dan paket makan di basecamp. Sebagian akan langsung menuju TKP untuk menghandle adek-adek. tidak ada kendala berarti dalam pengangkutan sembako hingga TKP. Pun sampai sana teman-teman sudah langsung menghandle acara. Jadi tidak ada keterlambatan yang signifikan.

Sore itu,sekitar 70 anak sudah berkumpul di lantai 2 rumah singgah Dian Mitra. Acara dimuali dengan cerita nabi Sulaiman. Adek-adek cukup antusias mendengarkan, ya walaupun ada sebagian yang ngobrol sendiri, diem aja di ujung, atau malah ga perhatiin sama sekali. tapi secara keseluruhan mereka cukup antusias mendengarkans ambil sesekali menjawab pertanyaan yang diajukan. Tentu harus diming-imingi hadiah. hadiahnya ada buku, coklat, permen, dan snack lainnya.


Selesai dengan nabi Sulaiman, dilanjut cerita moral tentang ludah. Tidak terasa sebentar lagi adzan Maghrib. Cerita selesai, selanjutnya mulai bersiap untuk berbuka dengan ta'jil. Ta'jil sore itu adalah es buah dan kurma. Begitu adzan berkumandang, kami buka puasa bersama. Kemdian dilanjutkan dnegan solat Maghrib berjamaah. Selesai solat maghrib adalah makan besar. Terakhir adalah penutupan sekalian dengan pembagian sembako.



Secara keseluruhan, acara tersebut sudah berlangsung dengan lancar. Seluruh amanah sahabat sudah disalurkan. Untuk sisa dana, isnya Alloh seluruhnya akan disampaikan tunai.Sekali lagi kami ucapkan terima kasih atas pasrtisipasi sahabat sekalian.

ajrakallahu fii maa a’thaita, wa baaraka la ka fii maa abqaita

Semoga Allah membalas Anda dengan pahala karena apa-apa yang engkau berikan, dan semoga Allah memberkahi Anda karena apa yang engkau abadikan
Wassalamu'alaykum wr wb



Sale Bulan Ramadhan..!!

Assalamu'alaykum wr wb

Sahabat..bagiamana kabar kalian dihari-hari terakhir Ramadhan ini..? Semoga masih semangat..Semoga Alloh selalu menjaga keistiqomahan kita dalam menjalani Ramadhan ini ya.. :) Nah, mumpung masih momen Ramadhan, kali ini kami ingin mengajak para sahabat sekalian untuk kembali menguras isi dompet. Kali ini kegiatannya adalah buka bersama dan pembagian sembako.. :)

Acaranya tidak beda jauh dengan tahun kemarin. Fyi, tahun lalu juga pernah dilaksanakan kegiatan serupa di rumah singgah ini. (Waktu  itu sih Circle of Love belum terbentuk. Penyelenggaranya juga bukan CoL. Waktu itu personil CoL cuma ikut berpartisipasi saja).

Dimana ?
Insya Alloh, kegiatan buka bersama akan dilaksanakan di Rumah singgah Dian Mitra. rumah Singgah ini merupakan tempat singgah para anak jalanan yang ada di sekitar Senen. Letak Rumah Singgah ini di gang Tongkang, Senen, Jakarta Pusat. 
Kalau dari arah Cempaka Mas menuju Senen, gang Tongkang ini persis terletak di sebelah kiri jalan setelah rel kereta api. 

Kapan?
Kegiatannya ini akan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 13 Agustus 2012, pukul 17.00 s.d. 19.00 WIB

Terus...ngapain aja disana?
Kira-kira rundown acaranya seperti ini
17.00- 17.45    Materi tausiyah
17.45-18.00     Ta'jil
18.00 - 18.20   Solat Maghrib berjamaah
18.20- 18.45    Makan Besar
18.45- 19.00    Pembagian paket sembako dan penutupan

Boleh berpartisipasi ga...?
Boleh sekali...Seperti biasa, partisipasi bisa dalam bentuk donasi bisa ditranfer ke BRI kcp Depkeu no rekening 050701010570502 a.n. Indri Rahmawati kemudian jangan lupa konfirmasi ya via telp/sms ke 08988287587 beserta uang yang ditransfer. Atau bisa juga diberikan langsung ke:
  1. Rita Lestari (Sekretariat Jenderal Kemenkeu)
  2. Leny Kartiningsih (Sekretariat Jenderal Kemenkeu)
  3. Yuli Setyowati (Sekretariat Jenderal Kemenkeu)
  4. Dian Rahayu Nugraheni (Inspektorat Jenderal Kemenkeu)
  5. Amy Pramanda (Inspektorat Jenderal Kemenkeu)
  6. Andriyani widyaningsih (Inspektorat Jenderal Kemenkeu)
  7. Arifana wibawaningtyas (Bapepam-LK)
  8. Indri Rahmawati (Bapepam-LK)
  9. Zetry Fachrani Koto (Bapepam-LK)
  10. Wening Naraswari (DJKN)
  11. Septi Setyaningsih (dirjen Pajak)
  12. Andiah Zahroh ( DJPU)
  13. Annisaningrum Yuliastuti (DJPU)
Tapi, kehadiran sahabat sekalian yang lebih diharapkan. Lihatlah wajah-wajah polos yang butuh sentuhan kita. Ikut bergembiralah bersama canda tawa mereka yang lugu.. 









Sahabat, ditunggu segera partisipasinya ya...Mohon segera konfirmasi juga keikutsertaan sahabat dalam acara tersebut. Terima Kasih .. :)

Wassalamu'alaykum wr wb



* Foto diambil dari dokumentasi kegiatan baksos di Rumah Singgah Dian Mitra Januari 2011



Cibuyutan, Sebuah Kampung (bukan) di Negeri Dongeng (part 3)

Assalamu'alaykum Wr Wb..
Sahabat, penasaran kan dengan kelanjutan kisahnya...Yuk, monggo lanjut saja dibaca..Eh, yang belum membaca dari awal, silakan baca dulu part I dan part II nya ya... :))


Setelah berbincang dan bercanda sejenak dengan anak-anak yang ternyata bahasanya Sunda pisan euy, masing-masing dari mereka segera menempatkan posisi sesuai dengan pembagian tugas. Para muslimah basecampnya di salah satu rumah penduduk sedang yang pria di Mushalla.

Melihat lantai papan yang terhampar sebegitu pasrahnya, seperti mengajak tubuh-tubuh kelelahan itu untuk sejenak berbaring meluruskan tulang punggungnya. Rayuan itu seperti panah-panah syetan yang siap menembus dada orang-orang beriman. Namun, mereka datang jauh-jauh ke sana bukan untuk tidur. Mereka datang untuk bekerja. Berbagi cinta.
Maka setelah menaruh tas-tas pribadi, mereka kembali lagi ke madrasah untuk mengeksekusi kegiatan: bermain bersama anak-anak dan dilanjutkan dengan pembagian bingkisan untuk mereka. Buku-buku cetak, tas-tas lucu yang berisi alat tulis, dan stelan baju muslim. Terbayang betapa riuh, berisik, dan gembiranya mereka.
Jiwa wanita itu ingin sekali bisa ikut dalam momen itu, melihat tingkah polah polos bocah-bocah selalu saja menarik bagi dirinya. Atau minimal bisa menjadi penikmat dengan mengambil foto-foto tawa lepas mereka. Tapi asas kemanfaatan telah memandulkan keinginan itu. Di basecamp tinggal beberapa gelintir orang yang harus menyiapkan makan siang panitia dan makan malam panitia-warga. Kebayang betapa repotnya. Tangan mereka tidak mungkin cukup berkejaran dengan waktu dengan sekian banyaknya hal yang harus mereka lakukan. Mengupas bumbu-bumbuan, memotongnya, menghangatkan rendang, menggoreng ayam, menggoreng tempe, membuat tumis sayuran, membuat pecel dll.
Wanita itu pun mulanya hanya membantu mengupas dan memotong bumbu-bumbu, pelajaran paling dasar memasak yang baru dia kuasai. Namun ketika tim konsumsi semuanya sibuk membungkus makan siang panitia , mengejar waktu karena sudah jam 2-an, tiba-tiba saja ada kesepakatan tanpa rapat yang membuat wanita itu harus menepuk berkali-kali jidatnya karena kebingungan. Teramanahkanlah pekerjaan paling mudah untuk para wanita, sedang hal itu terasa sangat menakutkan untuk satu wanita itu: membuat tumis buncis-wortel untuk 120 orang. What?!! Masak untuk suami saja wanita itu belum pernah, bagaimana masak perdananya langsung akan ‘dinikmati’ sekian banyak orang? Bagaimana kalau tidak enak? Lebih parah lagi, bagaimana kalau malah bikin keracunan? Sepertinya tidak keren jika keesokan paginya headline koran-koran bertuliskan: gegara belajar memasak, 120 orang dirawat inap. Duh Gusti..
Segala rayuan untuk menukar amanah, coba diterapkan. Hasilnya nihil. Karena setiap orang merasa pekerjaan itu sangat mudah. Sambil tidur juga bisa. Begitu mungkin pikir mereka. Akhirnya, wanita itu memantapkan dirinya. Toh masih bisa nanya-nanya. Iya kah?!
Mbak bumbunya apa saja? Jumlahnya seberapa? Perlu pakai ini tidak? Perlu pakai itu tidak? Dan serentetan pertanyaan lain yang kesemuanya dijawab berulang dengan satu kata sakti: terserah. Dan akhirnya wanita itu berjuang sendirian bereksperimen dengan berbagai bumbu yang entah nyambung entah tidak. Dia juga juga sudah punya jawaban terkait hasilnya nanti: terserah. Tapi untungnya ada mbak-mbak yang membantu mengaduk-aduk dan bisa dijadikan target percobaan, alhamdulillah hasilnya tidak terlalu mengecewakan untuk seseorang yang bergelar amatiran. Setelah itu dilanjut dengan menggoreng ayam dan membuat pecel. Cincailah, batin si wanita yang sudah mulai bisa membangun kepercayaan dirinya di dunia asing perdapuran.

Akhirnya selepas maghrib selesai juga tim konsumsi menyiapkan makan malam untuk warga dan panitia, yang akan dibagi pada saat menonton layar tancep bersama.

Ternyata jumlah warga yang hadir pada malam harinya membeludak. Gelap malam tanpa lampu-lampu tidak menyurutkan langkah mereka untuk menonton Film Serdadu Kumbang yang sudah disiapkan panitia. Seringkali terdengar koor suara terbahak dari para penduduk melihat kepingan adegan lucu yang menggelitik simpul saraf tawa mereka. Riuh rendah. Semarak. Mengusir jejak kabut dingin malam yang mulai datang menyapa kampung tanpa penerangan itu.
Paginya mereka sudah mulai packing semenjak sebelum shubuh. Karena sebagaimana rencana awal, sebelum jam 7 mereka harus sudah mulai mengulang rute untuk kembali ke Jakarta tercinta. Namun wanita itu masih punya satu PR amanah. Seratus sepuluh amplop uang zakat dan shadaqah yang dititipkan ke Circle of Love yang masih belum mendapatkan momen untuk membaginya. Tidak bisa dibarengkan dengan penyerahan baju layak pakai sebagaimana sore kemarin telah dilakukan. Karena amanah uang zakat ini spesifik hanya untuk 8 golongan mustahiq saja. Maka setelah minta izin pada koordinator acara agar sedikit ‘memolorkan’ waktu keberangkatan, kemudian menculik satu bocah yang bisa dikuras energinya, maka segera beraksilah ia.
Jarak rumah yang agak berjauhan dengan medan yang naik turun agak sedikit mengurangi kecepatan gerak mereka. Belum lagi rumah-rumah yang hampir sama modelnya, kadang membuat bingung ini tadi sudah apa belum? Mereka nampak seperti Zorro dalam cerita bualan, atau mungkin malah seperti maling kesiangan. Apa pasal? Banyak rumah yang penghuninya sudah dari pagi-pagi pergi mencari nafkah, sehingga amanah uang itu harus diselipkan di bawah pintu. Di tempat yang kira-kira saat pintu dibuka langsung terlihat oleh si empunya. Sehingga pose-pose ‘pengintipan’ bawah pintu menjadi pemandangan utama. Tentu saja selain wajah-wajah bahagia warga Cibuyutan yang merasa mendapatkan dekapan kasih dari para muzakki, manusia-manusia asing yang tak dikenalnya, namun kebaikan hatinya sampai di tangan mereka.




Dan setelah lelah berkeliling dan waktu semakin mendekati batas akhir, maka mereka memutuskan menyudahi aksi. Masih ada 19 amplop yang belum terdistribusi. Namun fleksibel, karena dari sejumlah itu tinggal dari uang shadaqah. Yang uang hasil zakat, Alhamdulillah sudah lunas habis terbagi.
Dan kini saatnya, pulaaannngggg…
Pengalaman yang sungguh menakjubkan. Tim yang profesional. Teman-teman yang bisa mengikis ego demi sebuah kemaslahatan. Dan sebuah kampung yang seharusnya hanya ada di dongeng-dongeng khayalan. Terima kasih semuanya.. Semoga kita bisa berjumpa dan bergabung pada misi-misi kemanusiaan selanjutnya… ^^




end

Sekian kisah dari kampung Cibuyutan. Kami mengucapkan terima kasih seluas-luasnya kepada seluruh pihak yang telah membantu. Jazakumullah khairan katsiro..


Wassalamu'alaykum wr wb






* ditulis oleh Rita Lestari
Staf Biro Sumber Daya Manusia, Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan

Cibuyutan, Sebuah Kampung (bukan) di Negeri Dongeng (part 2)

Assalamu'alaykum wr wb Sahabat... :)

Setelah beberapa hari menunggu, tentunya sahabat sudah tidak sabar kan menanti kelanjutan cerita bakti sosial di kampung Cibuyutan..? :) Kalo lupa atau belum baca, silakan baca bagian pertamanya dulu disini. selanjutnya di posting kali ini kami akan melanjutkan ceritanya. Postingan kali ini ditulis dan dikisahkan langsung oleh salah seorang personil Zhafira yang ikut serta menajdi relawan ke kampung Cibuyutan. Berhubung tulisannya sedikit panjang, kami memutuskan untuk di split lagi..Jadilah cerita kegiatan ini menjadi 3 seri..Biar ga semakin penasaran, monggo langsung dibaca kisahnya :)


Malam mulai pekat menggulita ketika starter si merah mulai memberisiki halaman rumah. Hembus angin menelusup ke celah-celah badan yang tak sempurna dibungkus jaket, seiring dengan perputaran roda yang melaju tak seberapa cepat. Dingin. Tapi tak lebih dingin dari segaris risau yang telah membeku menjadi bongkahan es yang menggelayut langit hati. Kepergiannya kali ini terasa sangat berat. Hasil pertarungan logika dan hati, yang keduanya tidak memberikan alasan untuk tetap pergi. Suami yang tidak bisa membersamai, rekan-rekan satu tim yang berhalangan karena amanah lain yang jauh lebih krusial telah menanti, agenda wajib pekanan yang terpaksa ia harus membolos lagi untuk yang kesekian kali. Belum lagi, ia sama sekali tak mengenal dengan baik satu pun dari orang-orang yang akan menjadi teman seperjalanannya nanti, kondisi tempat tujuan yang belum mampu sempurna ia bayangkan, terlebih bahkan ia tidak tahu lokasi rumah yang hendak ia singgahi malam ini.
Namun ada dorongan kuat dari hatinya yang tak mampu ia tampik. Seperti cercah kecil cahaya keyakinan yang tak berhasil ia padamkan dengan alasan-alasan kebenaran dan pembenaran yang ia ajukan dari sejak semalam sebelum ini. Hanya dengan bekal itu ia memutuskan untuk tetap pergi, sembari menghiba agar Dia memberikan Ridha-Nya dan bukan murka-Nya. Menjadikan kepergiannya itu sebagai ladang penebar kemanfaatan dan bukan pembawa kemudharatan. Atasnya, dan atas orang-orang yang dicintainya. Atas orang-orang yang ia tinggalkan, dan atas orang-orang yang ia tuju. Bismillah bi idznillah..
Jam menunjuk angka sepuluh ketika motor itu berhenti di depan sebuah rumah apik yang telah ramai dengan manusia-manusia antah berantah yang tak dikenalnya. Menjadi seorang asing dan terasing , kini tak lagi menjadi beban pikirannya. Toh mereka disatukan dengan ikatan kuat melebihi kentalnya darah, ikatan akidah. Sekulum senyum, sebaris salam sapa, dan sejabatan hangat tangan-tangan wanita yang ada di sana, menggugurkan semua aura negatif yang ia bawa. Lega. Menuansakan ceria. Alhamdulillah..
Mereka pun berkerumun dalam percakapan rencana kegiatan esok hari sembari menunggu arahan untuk briefing. Karena banyaknya barang yang harus dipacking, briefing malam pun mundur lama. Hampir lewat tengah malam, padahal mereka harus bangun jam dua. Lelah, tapi tak ada yang merasa terpaksa. Menguras tenaga, tapi tak ada keluhan yang keluar dari lisan mereka. Semangat mereka telah melampaui kemampuan fisik. Energi kebaikan yang mereka pancarkan telah memenuhi setiap ruang dalam petak rumah Pak Anis malam itu. Dan akhirnya beberapa manusia termasuk wanita itu sebentarpun tak memejamkan matanya. Terlampau banyak yang harus disiapkan sedang waktu terus mendetak mendekati rencana keberangkatan. Ada yang menyiapkan bekal konsumsi untuk mereka selama di lokasi: mengiris buncis, wortel, tempe, mengungkep ayam, menggoreng tempe, membuat rendang dll. Ada yang memfiksasi rundown dan menyiapkan kelengkapan untuk panitia. Dan beberapa ikhwan masih sibuk menata ulang barang-barang bantuan.
Lewat pukul tiga semuanya baru selesai. Mereka pun berarak segera beranjak menuju  lokasi baksos. Kampung Cibuyutan. Beberapa mengendarai mobil dan beberapa lainnya mengendarai sepeda motor. Waktu dhuha mulai meninggi ketika mereka sampai di basecamp awal yaitu di sebuah Pondok Pesantren sederhana. Di sini mobil-mobil diparkir karena jalanan masih cukup lebar. Setelah melepas lelah sebentar dan memuaskan keperluan yang berhubungan dengan air –karena di kampung Cibuyutan konon katanya air bersih itu adalah barang langka-, mereka pun memulai misi mereka.

Banyak sekali barang bantuan yang harus mereka bawa: Karpet, al-Quran, mukena, buku-buku cetak untuk madrasah, baju/tas/sepatu layak pakai, baju seragam stelan untuk anak-anak, dan paket tas sekolah. Masing-masing orang yang berjalan mendapatkan jatah menggotong satu paket bantuan semampu mereka. Sedangkan yang  nekat berkendara motor menyusuri jalanan cadas off road cibuyutan, dipersilakan membawa beban yang lebih berat dan banyak. Dan wanita itu pun segera meraih sebuah bungkusan hitam yang teronggok, tanpa menilik dulu apa yang ada didalamnya. Beratnya sedang. Dan ia merasa mampu membawanya tanpa kepayahan yang berlebihan. Pikirnya semula.



Awal perjalanan semua nampak bersemangat, bergembira, dan sangat menikmati perjalanan mereka. Jalanan masih landai walaupun tetap harus berhati-hati karena berupa bebatuan yang terlihat seperti gigi-gigi yang menyeringai, yang siap merobek sesiapa yang tergelincir di atasnya. Namun siapa yang peduli dengan ancaman itu, ketika mata dimanjakan dengan pemandangan yang sungguh indah. Sawah berpadi hijau kekuningan menghampar sejauh mata memandang. Bukit-bukit hijau bersusun nampak di ujung jauh muara jalan. Mentari dhuha membagi hangatnya ditemani semilir angin yang membelai manja. Sungai berbatu dengan gemericik air yang mengalir diantara celah-celahnya. Sempurna.





Tapi satu jam kemudian semuanya tak lagi sama. Pemandangan seindah itu sudah tak lagi mampu terekam di lensa mata. Bukan karena pemandangannya yang menurun tingkat keindahannya, namun persepsi diri si pemilik mata yang tak lagi mampu menikmatinya. Terkalahkan oleh payah yang semakin menjajah. Belasan kilo yang telah terlewat. Jalanan yang semakin konsisten mantap menanjak. Matahari siang yang menggelorakan panas utuh sedang tak ada pepohon rindang sepanjang jalan sebagai tempat berteduh. Tangan, pinggang, serta kaki yang kebas karena barang bawaan yang semakin jauh dibawa berjalan, seolah beratnya semakin berlipat dengan cepat.
Keringat membanjir disekujur tubuh manusia-manusia itu. Tak ada lagi yang nampak berjalan bergerombol, karena ritme jalannya sudah tak lagi sama. Mereka masing-masing berjuang atas diri mereka dan apa yang mereka bawa. Tak ada lagi gurauan dan obrolan, yang ada tinggalah dengus-dengus nafas tak beraturan. Disana sini sepanjang jalan setapak, nampak spesies-spesies itu berserakan mengatur dan mengukur kemampuan diri agar tak kehabisan energi sebelum sampai tempat tujuan nanti.
Dan wanita itu pun mulai terhuyung. Matanya pedas karena keringat yang menetes masuk ke dalamnya. Baju dan jilbabnya telah basah oleh keringat. Kantung hitam yang dibawanya sudah tidak berbentuk. Sobek tak beraturan dengan cairan licin berbau pekat yang merembes membasahi bajunya dan melebar ke jaket serta roknya. Yang semakin menyulitkannya, karena ia kini tak tau mesti memegang bungkusan itu dengan cara seperti apa karena saking licinnya. Dia hanya memandangi bawaannya sambil mengatur detak jantungnya yang seperti mau copot dari tempatnya karena saking cepatnya berdenyut. Dia beruntung membawa kantung itu. Yang isinya baru ia ketahui setelah bajunya terlumuri. Rendang. Ya rendang seberat 8-9 kilo saja.
Ingin menyerah di situ sebenarnya. Ia sudah tak merasai tubuhnya. Kebas semuanya. Apalagi setelah tahu bahwa dia baru melewati sepertiga jarak dari yang seharusnya. Belum lagi jalanan di depan yang semakin bertambah tinggi tingkat kemiringannya. Hfffhh,, tapi tak boleh menyerah sekarang. Dia sudah memutus untuk membawa itu dan dia harus menerima segala resiko dari apa yang diputusnya. Harus sampe finish. Apapun yang terjadi. Fighting!
Diapun kembali berjalan, sedang kelebat Asma’ binti Abu Bakr terus memompa semangatnya. Bagaimana ia setiap hari mengantar makanan untuk Ayahanda dan manusia termulia di Gua Tsur saat bersembunyi dari kejaran kafir Quraisy dalam rangka hijrah. Perjalanan yang tidak main-main. Medan padang pasir yang sulit ditaklukkan, jarak yang sedemikian jauh, serta ancaman pembunuhan apabila misinya terendus para penyembah berhala. Ditambah lagi pada saat itu beliau sedang hamil besar. Subhanallah.. Malulah wanita itu jika menyerah segampang itu, sedang apa yang dia rasai sekarang pastilah belum ada apa-apanya dengan apa yang harus ditanggung oleh wanita pemilik dua sabuk surga. Maka ia mencoba terus melangkah dengan hati yang senantiasa membisik mengiba: laa haula wa laa quwwata illaa billaah..laa haula wa laa quwwata illaa billaah.. walaupun tetap saja setiap baru berjalan lima, enam, atau tujuh langkah ia mesti berhenti untuk kembali mengatur nafas.
Setelah seolah-olah ia merasa sudah mau mati kecapean, akhirnya sampai juga ia di pos satu. Setengah jalan menuju kampung dongeng Cibuyutan. Jangan bayangkan pos satu ini adalah sebuah tenda atau bangunan yang ada fasilitas kamar mandi, isi ulang air minum, atau tempat tidur. Ia hanyalah sebuah tanah landai di samping jurang, yang dirindangi oleh pepohonan sehingga sengat surya tak sampai mencabik tanahnya. Tapi bagi para musafir dongeng, tempat itu merupakan sebuah ‘surga kecil’ yang Allah anugerahkan bagi mereka. Pemandangan indah terhampar di lembah depan mereka. Angin berkejar-kejaran, menggesek helai-helai daun yang memunculkan simponi biola alam. Subhanallah, tempat melepas lelah yang sempurna. Mengisi kembali paru-paru yang tadinya seperti sudah kempes tanpa udara. Ingin sekali berlama-lama di sana, seandainya mereka tidak ingat masih separuh jalan lagi menuju tempat menanam bibit cinta mereka. Harus segera beranjak, sebelum syetan-syetan memberati mata dengan kantuk yang tak tertahan yang akan menjadi penghambat perjalanan. Mereka pun kembali berjalan. Dengan semangat yang mulai memercik lagi baranya. Selamat tinggal surga dunia, kami akan menapak lelah lagi demi untuk Surga-Nya.


Singkat kata, sampailah juga para pengembara cinta itu pada kampung tujuannya. Wajah-wajah yang tadinya pucat kumal dibakar matahari, mulai menunjukkan geliat kehidupannya. Seulas senyum tersungging manis di bibir-bibir pecah mereka. Akhirnya, perjuangan panjang dan melelahkan itu terbayar. Bocah-bocah dengan mata yang meletupkan semangat dan keingintahuan atas orang-orang asing yang terdampar itu, menyambut  berjejalan di sebuah gubuk yang mereka sebut dengan ‘madrasah’. Yang insyaAllah tak seberapa lama lagi sebutan madrasah itu akan berpindah pada bangunan yang lebih layak, yang berdiri atas ijin Allah melalui perantara tangan-tangan penuh kasih yang ringan terulur untuk saudara-Saudaranya yang berkekurangan. Alhamdulillah..
 To be continued...

 Sekian dulu postingan seri kedua ini..Kelanjutannya silakan tunggu pada postingan part III.. :))
Wassalamu'alaykum wr wb